BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Pernahkah kalian, ketika sedang melamun, lalu tiba-tiba teringat kenangan lama, seperti teman lama, kejadian di masa kecil, peristiwa memalukan atau bahkan kenangan masa lalu yang telah lama berlalu tiba-tiba muncul kembali dalam pikiran? Atau mungkin kamu baru saja bangun tidur, masih ingat alur mimpi dengan jelas, tapi saat ingin menceritakannya, semuanya mendadak hilang.
Fenomena-fenomena seperti ini sering kali membuat kita bertanya-tanya: Kenapa ya, otak kita bisa tiba-tiba mengingat sesuatu dari masa lalu tanpa alasan yang jelas, padahal kita sama sekali tidak sedang memikirkannya? Dan kenapa kadang kita merasa sudah mengingat sesuatu, tapi sulit sekali menjelaskannya bahkan bisa sampai lupa?
Dalam psikologi kognitif, hal ini berkaitan erat dengan cara kerja otak berkenaan dengan memori manusia, dari mulai bagaimana otak menyimpan, mengolah, dan memunculkan kembali informasi. Artikel ini akan membahas secara sederhana tentang memori jangka panjang, mengapa kita bisa mudah lupa, padahal kita baru saja menerima informasi tersebut, serta apa yang sebenarnya terjadi ketika sebuah ingatan muncul secara tiba-tiba, yang mengingatkan kita kepada kejadian-kejadian yang telah terjadi.
Sebagai mahasiswa psikologi, memahami proses ini tentu penting. Namun, pemahaman ini tidak hanya untuk pelajar atau seorang profesional, tetapi juga untuk siapa pun yang ingin tahu lebih banyak mengetahui bagaimana cara kita memahami pikiran kita sendiri. Pikiran yang bekerja dalam otak kita, tidak semuanya bisa kita kendalikan. Nah, dengan mengetahui dasar bagaimana otak kita bekerja berkenaan dengan alur ingatan dalam memori kita, kita bisa belajar dan memahami diri kita melalui pemahaman terhadap memori yang tersimpan, agar dapat menjalani hidup dengan lebih sadar.
Untuk memahami kenapa ingatan bisa tiba-tiba muncul, kita perlu tahu dulu bagaimana cara kerja memori di otak kita. Proses memori melibatkan beberapa tahap yang cukup kompleks, dan pemahaman ini adalah salah satu inti dari psikologi kognitif yang berkaitan dengan memori. Pemahaman yang mendalam mengenai proses memori memberikan kita wawasan tentang cara otak manusia menyimpan dan mengakses informasi yang diterima, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Schlessinger dan Groves (1976) mengatakan bahwa memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Memori yang bekerja dalam otak kita memiliki fungsi yang beragam dalam mengolah informasi yang kita terima melalui stimulus pancaindra, salah satunya menyimpan informasi, baik tersimpan dalam ingatan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam membentuk proses sebuah memori di otak, dibutuhkan beberapa tahap:
1. Pengodean (Encoding)
Ini merupakan langkah awal dalam proses memori. Elita (2004:150) mengatakan bahwa, pengodean adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkit saraf internal. Dalam proses ini, informasi yang disimpan dalam otak dapat membentuk konversi informasi sensori menjadi sebuah format yang dapat dikenali oleh otak, misalnya informasi yang telah kita terima dapat terhubung dengan pengetahuan yang kita miliki.
2. Penyimpanan (Storage)
Setelah informasi dikodekan, langkah selanjutnya adalah menyimpannya. Elita (2004:150) mengatakan bahwa, penyimpanan menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. Dalam proses penyimpanan ini, otak kita memiliki tingkatan dalam menyimpan informasi: ada memori sensori untuk tempat menyimpan memori sementara, memori jangka pendek untuk tempat penyimpan memori yang sedang berlangsung atau umumnya baru saja kita dengar, memori jangka panjang untuk tempat menyimpan memori yang dapat menyimpan informasi secara permanen atau tahan lama.
3. Pengambilan (Retrieval)
Proses ini merupakan tahap ketika informasi yang telah disimpan, diperoleh kembali oleh dinamika proses memori. Elita (2004:150) mengatakan bahwa, proses pengambilan dalam bahasa sehari-hari artinya mengingat lagi, yakni menggunakan informasi yang disimpan. Dalam proses ini, tahap pengambilan dapat berlangsung lancar ataupun terhambat, karena beberapa faktor dalam pengambilan informasi dapat mempengaruhi kemampuan kita mengambil informasi yang telah tersimpan dalam otak.
Tiba-tiba Ingat Sesuatu?
Setiap dari kita pasti memiliki kenangan khusus tentang momen-momen penting dalam hidup, seperti ulang tahun, liburan bersama keluarga, atau bahkan kejadian sehari-hari yang berkesan. Kenangan-kenangan ini bukan sekadar informasi biasa, tapi terekam secara lengkap dengan detail waktu, tempat, dan perasaan yang kita rasakan saat itu. Inilah yang disebut dengan memori episodik, salah satu bagian dari memori jangka panjang. Jenis memori episodik ini menyimpan pengalaman pribadi kita secara utuh dan membantu kita mengenang masa lalu dengan jelas. Dalam bagian ini, kita akan membahas mengenai apa itu memori episodik dan mengapa tiba-tiba kita ingat kenangan lama.
Yunus. M (2020:199) menyebutkan bahwa, memori episodik menyimpan informasi tentang kapan peristiwa terjadi dan hubungan antara peristiwa tersebut. Jenis memori ini sangat berkaitan dengan peristiwa ataupun kenangan yang pernah kita alami. Itu sebabnya pada saat kita sedang duduk santai, sedang melamun, padahal kita tidak sedang memikirkan hal itu, ingatan tersebut tiba-tiba muncul. Dalam memori jangka panjang, ingatan kenangan masa lalu itu telah terekam dalam memori episodik yang kita miliki.
Tidak hanya secara tiba-tiba ingatan tersebut bisa muncul, terkadang beberapa faktor di lingkungan sekitar bisa menjadi pemicu timbulnya ingatan itu. Misalnya, secara tidak sadar kita mencium aroma yang parfum yang ada kaitannya dengan kenangan seseorang, itu bisa menimbulkan ingatan lama kita tiba-tiba muncul tanpa kehendak kita. Pemicu lain selain aroma bisa melalui suara, tempat, emosi. Jadi kenangan yang tersimpan dalam memori episodik biasanya sangat kuat, sehingga tanpa kita sadari, kenangan itu muncul tanpa terduga.
Kenapa Bisa Tiba-tiba Lupa?
Setelah membahas bagaimana ingatan masa lalu bisa tiba-tiba muncul melalui beberapa faktor pemicu dan kekuatan memori episodik. Kini kita akan mengetahui mengapa terkadang bisa tiba-tiba lupa, padahal kita merasa ingat. Ada fakta menarik tentang lupa. Lupa bukan berarti ingatan yang kita miliki hilang total, bisa jadi kita hanya kesulitan mengambilnya kembali. Bahkan, saat kita kelupaan, tiba-tiba saja saat kita sedang tidak berusaha mengingatnya lagi, ingatan yang sempat kita lupa muncul kembali.
Menurut Baddeley (1976) menyebutkan bahwa, kelupaan yang terjadi di memori jangka pendek berhubungan erat dengan faktor penyimpanan dan pemunculan kembali informasi yang. Sedangkan menurut Murdock (1974) menyebutkan bahwa, mempelajari memori jangka pendek merupakan langkah awal dalam memahami memori jangka panjang. Namun, sesungguhnya, baik itu memori jangka panjang atau memori jangka pendek merupakan suatu hubungan yang sangat kompleks dan bahkan salin berkaitan satu sama lain. Itu sebabnya jika kita pernah mengalami ingatan yang tiba-tiba muncul, kita juga pernah seketika lupa. Ada beberapa alasan umum, ‘kenapa kita bisa lupa’:
1. Memudar (Decay)
Terkadang informasi yang kita dapat, jika tidak diulang lama-lama bisa memudar bahkan sampai hilang. Ibarat kita sedang menghafalkan materi tapi jika hanya sekali kita coba hafalkan, materi yang sudah kita pelajari bisa saja memudar.
Oleh karena itu, harus ada proses rehearsal (pengulangan aktif), yang mana proses rehearsal ini membantu mentransfer informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang. Secara sadar kita bisa mempertahankan ingatan itu agar tidak hanya masuk ke dalam memori jangka pendek, tapi bisa terkunci dalam memori jangka panjang melalui proses rehearsal (pengulangan aktif).
2. Gangguan (Interference)
Terkadang, ingatan baru bisa mengganggu ingatan lama, atau sebaliknya, jika ingat itu belum benar-benar ke dalam memori jangka panjang kita. Misalnya, seperti ketika sedang belajar dua mata pelajaran baru dengan topik mirip, kadang informasi dari satu pelajaran lain bisa mengganggu ingatan pelajaran lainnya.
3. Kurangnya Petunjuk (Retrieval Cues)
Tanpa pemicu yang tepat, terkadang otak kita bisa memproses secara optimal. Oleh karenanya, faktor lingkungan bisa menjadi masalah kita menjadi kelupaan, dan terfokus pada hal baru. Tanpa adanya petunjuk atau pemicu yang tepat, otak akan kesulitan menemukan informasi yang sudah tersimpan.
Jadi, jika permasalahannya kita bisa tiba-tiba lupa akan suatu hal yang padahal kita anggap sudah benar-benar memahami tetapi kenyataan tidak, itu berati informasi yang kita dapat atau kenangan yang kita alami hanya masuk ke dalam memori jangka pendek dalam otak, dan membutuhkan pemicu dari lingkungan sekitar untuk membantu mengingat kita mengingatnya kembali.
Memori otak kita itu ajaib.
Mulai dari ingatan yang tiba-tiba muncul maupun informasi yang sebelumnya kita ingat dengan jelas, tiba-tiba hilang. Keduanya menunjukkan betapa kompleks dan ajaibnya cara kerja memori, baik memori jangka panjang dan jangka pendek yang bekerja dalam otak kita. Kita memang tidak bisa memilih dan mengendalikan apa yang muncul di kepala, tapi kita bisa belajar memahami prosesnya, dan juga supaya kita bisa peduli terhadap pengelolaan memori kita sendiri.
Dengan mengenal lebih jauh bagaimana memori dalam otak kita bekerja, kita jadi belajar tidak hanya bisa memahami diri sendiri menjadi lebih baik, tapi juga bisa lebih sabar ketika kita lupa sesuatu, karena mungkin kita kurang melakukan rehearsal terhadap informasi yang diterima. Tidak hanya itu, kita juga bisa lebih bersyukur saat kenangan indah tiba-tiba datang tanpa diminta. Karena ada orang yang sudah berusaha payah mengingat tapi tetap tidak ingat kenangan indah itu.
Penulis:
Suci Nurazizah, Mahasiswa Universitas Indonesia Membangun (INABA)