Pria, Pelaku yang Menjadi Pelindung
Pria, Pelaku yang Menjadi Pelindung

Pria, Pelaku yang Menjadi Pelindung

Pendidikan
19 Juni 2025

BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Menurut perusahaan riset Value Champion yang berbasis di Singapura Indonesia adalah negara ke- 2 paling berbahaya bagi wanita di wilayah Asia Pasifik. Dan Komnasham Perempuan mencatat bahwa pelaporan korban semakin meningkat sejak 2019.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan penelitian mengenai kekerasan berbasis gender di Asia dan menemukan bahwa sebanyak 17% laki-laki di Indonesia mengaku pernah memperkosa wanita setidaknya sekali selama hidupnya. dan menurut sebuah penelitian, sebagian besar laki-laki tersebut (41%) mengaku melakukan perbuatan tersebut secara paksa.

Apa yang terjadi dengan laki-laki di bangsa ini? Bahkan di dunia? Dan apa yang dilakukan untuk memerangi ini?

 

Dunia informasi menjadi titik awal

Dalam sebuah studi dikatakan seseorang dapat mengolah banyaknya stimultan informasi dalam otak dan hanya berfokus pada satu stimulasi yang dianggap menarik. Berkembang pesatnya dunia informasi dan komunikasi di Indonesia saat ini, sangat besar juga pengaruhnya terhadap perkembangan psikis para laki-laki remaja.

Atensi remaja pria saat ini sangat terpengaruh dengan banyaknya stimulus yang terjadi di media sosial yang objeknya adalah perempuan, dan memicu respon laki-laki bisa melakukan hal apa saja terhadap perempuan.

Kemudahan akses dunia informasi saat ini juga menjadi awal dari laki-laki muda mencoba pelbagai sensasi dalam pemikiran dan kehidupan mereka. Dunia pornografi masuk ke berbagai platform dunia informasi seperti situs dengan akses gratis, aplikasi media sosial dan bahkan game online. Semuanya berorientasi kepada tindak seksualitas. Ini menciptakan stimulus pada laki-laki remaja untuk dapat melakukannya.

Dalam sistem memory manusia, dikenal memori episodik, yang mana pengalaman atas suatu kejadian yang dialami dan akan mudah sekali terpanggil dengan stimulus yang terjadi di lingkungan. Bisa dibayangkan bagaimana tumbuh kembang seorang remaja pria yang terus melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga dari seorang ayah kepada ibunya? semuanya itu tersimpan rapi dalam memori otak jangka panjang seseorang karena terjadinya pengulangan.

Mungkin saja tidak secara langsung, tapi mereka mulai menyimpan semua informasi tersebut dalam memori otak dan siap dilakukan seperti bom waktu.  ada juga yang mulai langsung mempraktekannya dan mendapatkan sensasi baru dalam hidupnya. mereka mulai menggunakan kata, obrolan dan juga komentar sensual dalam percakapan baik secara langasung atau pun di media sosial.

 

Melahirkan sebuah kurikulum pembelajaran

Berdasarkan data di atas, lahirlah sebuah program bernama Plege United, program berbasis sepakbola dan futsal yang dipadukan dengan kurikulum yang ditujukan untuk mengatasi kekerasan berbasis gender. Target sasarannya adalah anak laki-laki usia 13 sampai dengan 18 tahun. Metode yang digunakan dalam kurikulum, berupa penyampaian materi dan melihat bagaimana anak anak memproses dan memahami kurikulum dan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka.

Sepakbola dan futsal adalah cabang olahraga yang banyak diminati pria dan hampir seluruh pria bermain olah raga ini. Sejak 2017, pledge united menggunakan olahraga tersebut sebagai jembatan untuk menyampaikan kurikulum pembelajaran.

Selama 8 Sesi pembelajaran, para pria remaja ini akan diberikan materi yang dikelompokkan menjadi 2 bagian besar. Bagian pertama, mereka akan diajak untuk mengetahui masalah yang ada. Tahap ini adalah menggali sebanyak mungkin informasi yang pernah si anak alami (secara ilmiah dinamakan proses retrieval).

Tujuan dari bagian pertama ini adalah menciptakan kesadaran bahwa hak dan kesempatan antara pria dan wanita itu sama, dan meningkatkan kedewasaan sehingga mampu mengendalikan diri (baca:pikiran). Bagian kedua, bertujuan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berani bertanggung jawab dalam pemikiran dan tindakan untuk menghargai perempuan. diakhir kurikulum, trainer atau pelatih akan mengajak anak untuk berikar sebagai bentuk awal dari perubahan pemikiran terhadap perempuan.

Mengapa laki-laki? Karena sumber awal dari permasalahannya terletak di sini. Di rentang usia 13 – 18 tahun, laki-laki masuk dalam fase mencari jati diri, dan dengan rasa keingin-tahuan yang  tinggi, mereka banyak mencoba banyak hal.

Dalam dinamika kehidupannya, mereka kerap disuguhkan dengan tontonan “doktriniah” bahwa laki-laki lebih berkuasa daripada perempuan. Tidak jarang di area paling aman, yaitu rumah, anak laki-laki dipertontokan hal seperti KDRT, ketika seorang ayah, yang adalah laki-laki, memukul atau menganiaya ibu yang adalah seorang perempuan.

Jika perlakuan ini dialaminya secara berulang, maka kejadian itu akan tersimpan di sistem memori anak untuk waktu yang sangat panjang. Bahkan di ranah publik pun, “doktrin” halus ini berkembang. Hampir disetiap gang, jalan dan area publik lainnya, cat calling terjadi.

Di lingkungan pertemanan, akan menjadi hal yang dibanggakan ketika seorang pria bisa melakukan hal yang menyinggung normative terhadap perempuan, seperti meraba bagian tubuh, bahkan melakukan hubungan badan. Dan persepsi ini dibiarkan bertumbuh dengan banyaknya pengulangan yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Perubahan itu bisa terjadi

Program ini sudah dilaksanakan di banyak kota secara nasional dan internasional. Model kegiatan awal adalah  training, terhadap guru SMP/SMA dan pelatih sepakbola/futsal. Dan setelah itu mereka mulai melaksanakan kurikulum pledge united ke anak didik mereka.

Setelah kurang lebih 8 tahun berjalan, Hasil dari program ini berdampak sangat baik bagi pertumbuhan pemikiran seorang laki-laki terhadap perempuan. Banyak perubahan terjadi di guru dan pelatih sebagai pria dewasa sehingga berdampak juga kepada anak didik mereka. Data berdasarkan kesaksian para trainer dan anak didik menjadi kekuaatan program ini terus berjalan.

Harapan besar berjalannya program ini adalah supaya perempuan merasa aman hidup berdampingan dengan laki-laki, karena mereka tahu bahwa ada laki-laki yang bisa melindungi mereka. Mari bersama kita ciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan, karena perubahan dimulai dari diri sendiri. #pledge2respect

 

Penulis: 

John Andrew, Universitas Indonesia Membangun (INABA)

0 Suka

4
Bagikan

Artikel Terkait 

Desain-tanpa-judul
Desain-tanpa-judul-1
Warna-warni-Retro-Toko-Thrifting-Konten-Instagram-Presentasi-43