Pengepungan di Bukit Duri, Ketika Kekerasan dan Rasisme Dibiarkan Tumbuh!
Pengepungan di Bukit Duri, Ketika Kekerasan dan Rasisme Dibiarkan Tumbuh!

Pengepungan di Bukit Duri, Ketika Kekerasan dan Rasisme Dibiarkan Tumbuh!

Seni dan Budaya
25 April 2025

Sumber gambar: Instagram @comeandseepictures

Film bergenre thriller terbaru karya Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri sukses menjadi perbincangan di media sosial. Kolaborasi antara Come and See Pictures dan perusahaan film Hollywood legendaris Amazon MGM Studios ini telah mencapai lebih dari 600 ribu penonton hingga hari ke-7 tayang.

Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri

Tayang perdana pada 17 April 2025, film ini menggambarkan perjalanan Edwin diperankan Morgan Oey dalam misi mencari keponakannya yang lama hilang.

Pencarian Edwin telah membawa dia ke beberapa sekolah, hingga akhirnya sampai pada sebuah sekolah di Jakarta Timur bernama SMA Duri, sekolah yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya anak-anak berandal dan bermasalah. 

Di sana, Edwin justru dihadapkan dengan murid-murid beringas dalam misinya. Berlatar tahun 2027, film ini juga menggambarkan bagaimana kekerasan, diskriminasi, rasisme, dan kacaunya pendidikan membuat keadaan semakin chaos dan tak terkendali.

Fakta Menarik Film Pengepungan di Bukit Duri!

Secara umum film ini berisi tentang budaya kekerasan dan rasisme di Indonesia. Sutradara Joko Anwar dalam podcast Panggil Saya BTP berjudul “Pesan Tersirat di Balik Layar” menceritakan bagaimana pemicu atau pendorong film ini bermula. Ia mengisahkan pengalaman hidupnya lahir dan tumbuh di lingkungan yang tidak kondusif. 

Pertama, Joko Anwar menceritakan kejadiannya dulu saat pulang sekolah SMA, ia hendak diantar pulang oleh teman-temannya, hingga akhirnya tahu mereka sering melakukan suatu hal yang tidak dibenarkan, “… mereka sering hunting ‘Anak Cina’ untuk mereka pukulin” ujar Joko Anwar. Bahkan apa yang ia lihat saat itu menjadi pengalaman yang mengganggunya hingga dewasa, “Saya betul-betul syok dan bingung, dan itu mengganggu hingga saya dewasa” lanjutnya. Kemudian ia berpikir untuk melakukan sesuatu sebagai penebus dosa. 

Kedua, kepedulian Joko Anwar terhadap pendidikan Indonesia yang sudah terhitung hingga sepuluh kali pergantian kurikulum dalam beberapa tahun, yang artinya tidak ada satu rencana yang utuh untuk memikirkan pendidikan, tak ayal setiap ganti menteri, maka akan ganti kurikulum.

Ketiga, menurut Joko Anwar, Indonesia merupakan negara yang enggan membicarakan hal-hal yang sifatnya luka bagi bangsa, ia khawatir luka yang hampir dilupakan tersebut nantinya akan terulang kembali. 

Demikianlah tiga hal yang membuat film Pengepungan di Bukit Duri ini akhirnya diproduksi. 

Film ini sebenarnya fiksi namun based on real life incident, walaupun ceritanya berlatar tahun 2027, masyarakat Indonesia sudah paham bahwa film ini terinspirasi dari suatu kejadian di masa lalu.

Selain Mogan Oey, film ini juga dibintangi Omara Esteghlal (Jefri), Endy Arfian (Kristo), Hana Pitrashata (Diana), Fatih Unru (Rangga), Satine Zaneta (Doti), dan aktor-aktris lainnya. 

1 Suka

8
Bagikan

Artikel Terkait 

Sekolah-Rakyat-di-Priangan
3
Mahasiswa-Ui-3