BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Kalian pernah ga sih tiba-tiba nyium aroma parfum lama, terus langsung keinget seseorang atau momen tertentu. Entah itu bikin senyum-senyum sendiri, atau justru bikin dada sesak?
Nah, ternyata penciuman memang punya kekuatan unik dalam membangkitkan kenangan. Nggak kayak indera lain seperti penglihatan atau pendengaran, penciuman punya jalur khusus yang langsung terkoneksi ke bagian otak yang ngatur emosi dan memori. Jadi wajar banget kalau satu aroma aja bisa bikin kita flashback ke masa lalu, bahkan tanpa sadar.
Artikel ini bakal ngebahas kenapa penciuman bisa sekuat itu dalam mempengaruhi memori kita, dan gimana potensi penggunaannya dalam terapi psikologis terutama untuk healing dari trauma atau memperkuat kenangan positif.
Cara Kerja Memori dan Penciuman
Secara umum, memori manusia dibagi jadi tiga jenis:
1. Memori sensorik – nyimpen info dari pancaindra dalam hitungan detik, termasuk bau.
2. Memori jangka pendek – bertahan beberapa detik sampai menit, tapi kapasitasnya terbatas.
3. Memori jangka panjang – bisa bertahan lama banget, bahkan seumur hidup.
Nah, dua bagian otak yang penting banget dalam proses ini adalah amigdala (ngatur emosi) dan hipokampus (nyimpen memori). Dan menariknya, penciuman langsung terkoneksi ke dua bagian ini beda dari pancaindra lain yang harus lewat “gerbang” dulu di otak (thalamus).
Makanya, bau bisa langsung bikin kita ngerasa sesuatu dan inget sesuatu. Bahkan sering kali tanpa konteks yang jelas. Cuma nyium doang, tapi langsung nyesek atau bahagia. Kalian pernah ngerasa gitu?
Jalur Khusus Indra Penciuman
Indra penciuman punya mekanisme keren: reseptor bau di hidung langsung ngirim sinyal ke bulbus olfaktorius, lalu langsung ke sistem limbik (yang ngatur emosi dan memori). Nggak lewat thalamus. Inilah yang bikin bau bisa langsung mengaktifkan perasaan dan ingatan lama kayak shortcut langsung ke memori emosional kita.
Bahkan menurut penelitian dari Northwestern Medicine (2021), koneksi antara sistem penciuman ke hippocampus jauh lebih kuat dibanding jalur sensorik lainnya. Jadi, bukan cuma perasaan aja ya ini emang real dan terbukti secara ilmiah.
Pengalaman Nyata: Aroma dan Ingatan
Kalian tau ga sih, ada penelitian seru yang nunjukkin gimana aroma bisa membangkitkan kenangan positif?
Peneliti Herz dan Schooler (2002) ngelakuin studi ke orang-orang yang disuruh nyium parfum yang mereka hubungkan sama momen bahagia di masa lalu. Hasilnya? Otak mereka langsung aktif di bagian amigdala dan parahippocampal gyrus bagian otak yang ngatur emosi dan ingatan autobiografis. Jadi, bener banget kalau ada yang bilang “bau itu bisa bawa balik kenangan.”
Tapi sebaliknya, penciuman juga bisa jadi pemicu trauma. Kalian pernah nggak sih nyium bau tertentu terus jadi gelisah, nggak nyaman, bahkan panik? Itu bukan cuma kebetulan. Dalam studi PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), peneliti Vermetten dan Bremner (2003) nemuin bahwa aroma tertentu bisa memicu kilas balik traumatis. Contohnya, aroma solar bisa memicu ingatan menyakitkan tentang perang bagi veteran. Otak mereka merespons seolah kejadian traumanya terjadi lagi.
Apa Artinya Buat Kita?
Memang, bau itu sifatnya sangat personal dan kontekstual. Satu aroma bisa bermakna beda buat tiap orang, tergantung pengalaman hidupnya. Herz & von Clef (2001) bilang bahwa persepsi kita terhadap bau dipengaruhi banget sama makna yang kita tempelkan ke aroma itu.
Tapi justru di situlah kekuatannya. Kita bisa menggunakan penciuman secara sadar sebagai alat bantu terapi atau healing. Misalnya:
- Menggunakan aroma tertentu buat nenangin diri (kayak lavender untuk relaksasi)
- Ngebantu penderita demensia nginget masa lalu pakai aroma khas
- Bahkan, ngelatih trauma survivor buat pelan-pelan desensitisasi lewat aroma
Kesimpulan
Penciuman bukan cuma soal indra tapi juga soal kenangan, perasaan, dan identitas diri kita. Jalurnya yang langsung ke otak bagian emosi bikin dia jadi “pemicu nostalgia” paling kuat yang kita punya.
Makanya, lain kali kalau kalian tiba-tiba keinget seseorang cuma gara-gara nyium aroma tertentu, jangan heran. Itu otak kalian lagi membuka lemari kenangan dan kuncinya ada di hidung.
Jadi, yuk lebih sadar sama kekuatan aroma dalam hidup kita. Siapa tahu, lewat aroma, kita bisa lebih mengenali diri sendiri dan mungkin, sedikit demi sedikit, menyembuhkan luka yang belum selesai.
Penulis:
Pratiwi Salma Nydia, Mahasiswa Universitas Indonesia Membangun (INABA)